Kemarin lalu, aku di suruh buat cerpen tentang perilaku terpuji. Ini dia cerpennya..... (garing amat)
KARYA KAMI
Karya
: Harto Poernomo Aji
“Huffftt… pagi yang cerah.” Aku
berbicara kepada diriku sendiri yang sedang bersandar di depan gudang sebelah.
Tiba tiba…
“Hai Tommy!” teriak seorang lelaki
tinggi berbadan agak kurus berlari menghampiri ku. Masih belum jelas siapa itu.
Aku pun menjawab
“ Oi…! “ Ternyata itu Garry teman
kelasku.
“ Tomy, ngapain lo?” Tanya Gary
padaku sambil duduk di sampingku.
“ Tak ada, hanya menghirup udara
segar pagi ini.” Jawabku sambil menghirup udara.
“Oh, gue kira lo melupakan latihan
kita.” Ia melirik ku dengan tatapan anehnya.
“Latihan? Latihan apa?” tanyaku.
“Latihan band! Apa lagi?” ia
berteriak padaku.
“Oh iya! Aduh, sorry bro, lupa!
Hehehe.” Ia masih menatapku dengan aneh. Sepertinya ia marah.
Kami lalu pergi menuju ke tempat
latihan kami. Ditempat itu ada Ardi yang menunggu sambil latihan main gitar.
Ardi adalah gitar satu kami, Gary pemain drum, dan Aku Tommy sebagai vocal
sekaligus gitar dua. Kami masih mencari pemain bass tapi tak ada lagi orang
yang bisa dan mau memainkan bass di sekolahku.
Sebagai vocal, banyak yang meragukan
suaraku. Dan juga Ardi, permainan gitarnya masih belum terampil, ia masih
tersedat-sedat saat mengganti kunci dan memetik. Kalo soal Gary, ya.. dia hanya
perlu memukul-mukul drumnya sesuai tempo.
Grup kami ini banyak diragukan
banyak orang. Ada yang bilang suara gue “fales”lah, gitaris gue bakal ngancurin
suasanalah, drummer gue yang ngga’ tau tempo-lah. Tapi, semua itu kita jadikan
pelajaran dan akan kita buktikan nanti.
Suatu hari ada kakak kelas yang umin
dan bicara pada kami. Ia memang sudah senior di lomba-lomba band. Mereka sering
mendapatkan juara. Waktu itu aku sedang main gitar sambil bernyanyi sendiri.
“Na..Na.. Na..” Seniorku itu pun umin
menghampiriku. Namanya Roy.
“hei.. loe nyanyi ya?” geu
nganggukin kepala.
“ Loe ngga’ usah nyanyi. Suara loe
“fals” ngga’ bisa nyanyi. Loe mau ikut lomba band yang nanti kan? Mendingan lo
nyari vokalis deh sana. Trus gue saranin cari gitaris baru juga.”
Kata kata itu sangat menyakiti ku. Yang aku
lakukan hanya tersenyum padanya dan mengatakan
“Ya insyaallah saya dan teman saya
ini bisa ka’.”
Ya…. Kata-kata
itu aku ambil positifnya aja. Kalau soal mencari vokalis,aku punya banyak teman
yang bisa menyanyi. Tapi mereka tak ada ikatan yang cocok dengan ku. Begitu
juga dengan gitarisku. Aku tak bisa menggantikan Ardi. Pernah aku mencari
gitaris, mereka menanyaiku. “Siapa vokalisnya?” aku jawab “gue”. Mereka lalu
menolak. Sedih banget, jadi gitaris gue tetap Ardi. Ia adalah sahabatku sejak
kelas satu. Gary juga selalu meragukannya. Jadi aku terus membimbing Ardy untuk
memperlancar memainkan gitar. Dan kata-kata kak Roy tadi aku simpan menjadi
rahasia.
“Lombanya
tinggal satu minggu lagi nih. Mana lagu loe yang loe tulis kemarin bro?” Tanya
Gary kepadaku.
“Itu,
dipelajarin ama Ardi.” Sambil menunjuk Ardi.
“Eh, loe yakin ngga’ sih mau ikut
lomba sama dia?” Gary mulai meragukan Ardi. Aku sebenarnya sebel kalo dengar
temenku diremehin walaupun itu teman aku sendiri yang ngeremehin temanku. Tapi
aku berusaha untuk menjaga perasaan mereka karna bisa berabe kalo gue nge-skak
mereka terus mereka ngambek, terus band ku bubar, jadi ngga’ ikut lombanya deh.
“Tenang
aja bro, gue udah ngajarin dia kok’. Dia juga udah jago, tuh liat.” Kami
memerhatikan Ardi.
“Tapi
lo yang nanggung ya bukan gue.”
“Sip
yang penting loe juga harus bagus mainnya…”
“Oke bro”
Kami
pun latihan. Jreng.. jreng.. jreng..
“Stop! Ardi, loe salah tuh
metiknya..” Aku pun mengajarinya. Gary menatapku dengan tatapan anehnya seakan
mengatakan bahwa harapan sudah tidak ada dan aku hanya senyum saja seakan
mengatakan bahwa semua akan baik baik saja.
“Bro serius dong. Latihan kita
tinggal satu minggu. Untung kalo full, kita kan juga belajar disekolah.” Ujar
Gary. Kami pun terus latihan hingga tiba hari perlombaaannya.
Di lokasi perlombaan, ada banyak
anggota band disana. Mereka terlihat seperti senior! Sedangkan kami hanya
memakai pakian ala anak muda hehehe. Sedang jalan jalan, kami bertemu tim kakak
senior kami itu.
“Hai
kak!” Kami memanggil mereka.
“Hai
kalian ikut? Mana anggota yang lain? Cuma tiga orang? “ ujar salah satu senior.
“Ia kak
kami umin tiga orang, susah nyari anggota yang cocok” ujar ku.
“Oke
kita registrasi dulu yah! Kalian udah?” ujar kakak senior.
“Udah
donk ka’. Kita mau jalan jalan nih. Udah dulu ya kak.”
Kami
lalu jalan-jalan sambil menunggu giliran tampil kami. Band-band yang tampil
keren-keren. Ada yang bahas Inggris lah, bahasa Jepang lah, keren! Sedangkan
kami hanya membawakan lagu dari Peterpan – Bintang di Surga sama lagu ciptaanku
– Dirimu.
Nama
tim kami pun dipanggil “Inilah dia PILAR BAND!!!” ya, nama band kami Pilar. Ngomong-ngmong
soal nama kami, kami spontan umin nama itu. Artinya nantilah baru dipikir
hehehe.
Kami
lalu beraksi dan akupun bernyanyi dengan segenap usaha yang aku bisa.
“Aku,
tak bisa berhenti…
Untuk
terus memandangmu…
Sejak
pertama ku memandang mu…
Aku tau
engkau berbeda…
Saat
pertama ku mamandang mu…
Aku
tahu bahwa kaulah yang kucari…
Selama
ini…
Melihatmu
tersenyum, membuatku terpesona..
Sepertinya
aku ingin memilikimu..
Menjadi
kekasihku…” jreng jeng jreng….
Lalu
dilanjut dengan lagu dari vierratale dan berakhirlah aksi kami. Dan dilanjutkan
oleh tim tim lain.
“Huffftt..
tadi KEREN BRO!!” teriak Gary
“Yo man
kita berhasil” ujar Ardi
“Wah
man, loe emang hebat. Gue salah sama loe. Sorry ya bro.”
“Santai
aja bro… ahahahaha” ujar Ardi
“Apa
gue bilang kita bisa walaupun cumin nertiga. Sekarang tinggalnunggu hasilnya.”
Ujarku.
Semua
band selesai tampil dan tiba saat pengumuman juara.
Terlihat
artis senior yang sengaja diundang sebagai juri yang diberi kesempatan
membacakan hasil lomba.
“Baiklah,
saat ini saat-saat yang meneganggkan! Kalian semua adalah tim hebat! Siapapun
yang ada disini adalah juara bagi saya. Namun menurut peraturan hanya ada tiga
yang menjadi juara. Kalian sudah menampilkan karya karya kalian. Entah itu
karya terbaik kalian atau kalian masih menahan untuk membuat karya terbaik. Tapi
bagi saya semuanya adalah yang terbaik.” Itulah kata kata pembukaannya
“ Oke inilah dia. Juara ketiga,
DIRAIH OLEH…. Girl’ Pasion!!!!” Waw band
yang diisi oleh cewek cantik-cantik ini bisa juga juara. Inilah bukati bahwa
cewek juga bisa. Hahaha.
“Selanjutnya, juara kedua, DIRAIH
OLEH…. 5 WONDER BOYS..!!!!” wah tim kakak kelasku juara dua. Disaat itu kami
pesimis.
“ Waduh Tim senior saja juara dua
apalagi kita bro??” Tanya Ardi pada ku dan Gary.
“Tenang aja bro kita-kan juara satu-nya
ahahaha” ujar Gary dengan maksud menghibur kami.
“Dan terakhir. Juara… pertama… diraih
oleh…. PILAR BAND!!!!!!!!!!”
Semua sunyi. Mereka mencari-cari
siapa itu Pilar band. Itu kan band baru. Tiba-tiba Gary memecah kesunyian.
“YYYAAAAAAYYYY!!!!!!!!!!!” teriak
Gary
Semua orang melihatnya.
“Kita juara man!!!! Kita juara!!!
Apa gue bilang, kita juara!!!” ujar Gary.
Kami bertiga lalu naik keatas
panggung dan diwawancarai.
“Waw, eh kalian umin bertiga ya? Oh
gue ingat. Ini nih vokalisnya. Suaranya emas banget!.” Kata si pembawa acara
sambil melihat dan menunjuk kearahku.
“Gimana nih, gimana perasaan
kalian. Kalian band baru kan?” kami mengangguk.
“Waw di lomba kalian, kalian
langsung mendapat juara satu. Super sekali ahahaha.”
“Terima kasih” begitulah wawancara
itu terjadi hingga selesai. Di bawah panggung kami bertemu senior kami.
“Waw, kalian emang hebat! Suara loe
bagus banget! Gue heran, kita bisa kalah.. ahahahaha”
Kami pun pulang sama-sama. Kakak
kelas gue ngomong.
“Eh Roy, loe kok diam terus dari
tadi? Kasih selamat donk ama junior kita.” Ia ngomong sama kak Roy yang dulu
ngejek aku dan timku.
“Ah biasa aja.” Ujarnya.
“Eh kita tuh harus bersyukur dapat
junior kayak mereka. Kita tuh dah berhasil karna kalo ada murid yang lebih
hebat daripada gurunya, itu berarti gurunya dah berhasil” kata seniorku itu.
“Iya deh! Hei bro! selamat ya…” Ngomong
dengan raut wajah yang agak ga’ ikhlas sambil menjabat tangan ku.
“Iya kak, terima kasih.” Sambil
tersenyum.
“Kami menjadi seperti ini juga
karena kami terinspirasi dari kakak-kakak sekalian. Kakak itu sangat bagus
dalam membawakan lagu bersama-sama dan itu sangat luar biasa. Itu lah yang
memotivasi bahwa masa’ kami tidak bisa?” ujar ku.
“Betul, betul, betul. Tuh liat Roy,
meskipun kita dikalah ama mereka, mereka masih tetap menghargai kita. Masa’
kamu yang udah dapat banyak juara ngga’ bangga ama mereka yang baru kali
pertamanya tampil di atas panggung? Kamu sebagai senior, hargailah mereka.
Mereka itu penerus kita.” Ujar salah satu senior.
“Yah begitulah kak, ini semua juga
usaha kami yang sungguh-sungguh. Walaupun kami pernah pesimis, tapi jika melihat
kakak-kakak, kami menjadi optimis kembali. Inilah usaha kami. Inilah hasil dari
apa yang kita bangun dengan kerja sama dan saling percaya. Inilah karya kami.”ujar
ku.
Setelah itu, grup kami menjadi geup
yang di akui. Sudah jarang ada orang yang meremehkan kami. Walaupun masih ada
juga yang iri terhadap kami. Tapi inilah kami. Usaha yang kami lakukan sehingga
menjadi seperti ini. Inilah karya kami.
---THE END---
No comments:
Post a Comment