Wednesday, 27 March 2013

KARYA KAMI



Kemarin lalu, aku di suruh buat cerpen tentang perilaku terpuji. Ini dia cerpennya..... (garing amat)


KARYA KAMI
Karya : Harto Poernomo Aji
“Huffftt… pagi yang cerah.” Aku berbicara kepada diriku sendiri yang sedang bersandar di depan gudang sebelah. Tiba tiba…
“Hai Tommy!” teriak seorang lelaki tinggi berbadan agak kurus berlari menghampiri ku. Masih belum jelas siapa itu. Aku pun menjawab
“ Oi…! “ Ternyata itu Garry teman kelasku. 

“ Tomy, ngapain lo?” Tanya Gary padaku sambil duduk di sampingku.
“ Tak ada, hanya menghirup udara segar pagi ini.” Jawabku sambil menghirup udara. 
“Oh, gue kira lo melupakan latihan kita.” Ia melirik ku dengan tatapan anehnya.
“Latihan? Latihan apa?” tanyaku.
“Latihan band! Apa lagi?” ia berteriak padaku.
“Oh iya! Aduh, sorry bro, lupa! Hehehe.” Ia masih menatapku dengan aneh. Sepertinya ia marah.
Kami lalu pergi menuju ke tempat latihan kami. Ditempat itu ada Ardi yang menunggu sambil latihan main gitar. Ardi adalah gitar satu kami, Gary pemain drum, dan Aku Tommy sebagai vocal sekaligus gitar dua. Kami masih mencari pemain bass tapi tak ada lagi orang yang bisa dan mau memainkan bass di sekolahku.
Sebagai vocal, banyak yang meragukan suaraku. Dan juga Ardi, permainan gitarnya masih belum terampil, ia masih tersedat-sedat saat mengganti kunci dan memetik. Kalo soal Gary, ya.. dia hanya perlu memukul-mukul drumnya sesuai tempo.
Grup kami ini banyak diragukan banyak orang. Ada yang bilang suara gue “fales”lah, gitaris gue bakal ngancurin suasanalah, drummer gue yang ngga’ tau tempo-lah. Tapi, semua itu kita jadikan pelajaran dan akan kita buktikan nanti.
Suatu hari ada kakak kelas yang umin dan bicara pada kami. Ia memang sudah senior di lomba-lomba band. Mereka sering mendapatkan juara. Waktu itu aku sedang main gitar sambil bernyanyi sendiri.
“Na..Na.. Na..” Seniorku itu pun umin menghampiriku. Namanya Roy.
“hei.. loe nyanyi ya?” geu nganggukin kepala.
“ Loe ngga’ usah nyanyi. Suara loe “fals” ngga’ bisa nyanyi. Loe mau ikut lomba band yang nanti kan? Mendingan lo nyari vokalis deh sana. Trus gue saranin cari gitaris baru juga.”
 Kata kata itu sangat menyakiti ku. Yang aku lakukan hanya tersenyum padanya dan mengatakan
“Ya insyaallah saya dan teman saya ini bisa ka’.”
                Ya…. Kata-kata itu aku ambil positifnya aja. Kalau soal mencari vokalis,aku punya banyak teman yang bisa menyanyi. Tapi mereka tak ada ikatan yang cocok dengan ku. Begitu juga dengan gitarisku. Aku tak bisa menggantikan Ardi. Pernah aku mencari gitaris, mereka menanyaiku. “Siapa vokalisnya?” aku jawab “gue”. Mereka lalu menolak. Sedih banget, jadi gitaris gue tetap Ardi. Ia adalah sahabatku sejak kelas satu. Gary juga selalu meragukannya. Jadi aku terus membimbing Ardy untuk memperlancar memainkan gitar. Dan kata-kata kak Roy tadi aku simpan menjadi rahasia.
                “Lombanya tinggal satu minggu lagi nih. Mana lagu loe yang loe tulis kemarin bro?” Tanya Gary kepadaku.
                “Itu, dipelajarin ama Ardi.” Sambil menunjuk Ardi.
“Eh, loe yakin ngga’ sih mau ikut lomba sama dia?” Gary mulai meragukan Ardi. Aku sebenarnya sebel kalo dengar temenku diremehin walaupun itu teman aku sendiri yang ngeremehin temanku. Tapi aku berusaha untuk menjaga perasaan mereka karna bisa berabe kalo gue nge-skak mereka terus mereka ngambek, terus band ku bubar, jadi ngga’ ikut lombanya deh.
                “Tenang aja bro, gue udah ngajarin dia kok’. Dia juga udah jago, tuh liat.” Kami memerhatikan Ardi.
                “Tapi lo yang nanggung ya bukan gue.”
                “Sip yang penting loe juga harus bagus mainnya…”
                “Oke bro”
                Kami pun latihan. Jreng.. jreng.. jreng..
                “Stop! Ardi, loe salah tuh metiknya..” Aku pun mengajarinya. Gary menatapku dengan tatapan anehnya seakan mengatakan bahwa harapan sudah tidak ada dan aku hanya senyum saja seakan mengatakan bahwa semua akan baik baik saja.
“Bro serius dong. Latihan kita tinggal satu minggu. Untung kalo full, kita kan juga belajar disekolah.” Ujar Gary. Kami pun terus latihan hingga tiba hari perlombaaannya.
Di lokasi perlombaan, ada banyak anggota band disana. Mereka terlihat seperti senior! Sedangkan kami hanya memakai pakian ala anak muda hehehe. Sedang jalan jalan, kami bertemu tim kakak senior kami itu.
                “Hai kak!” Kami memanggil mereka.
                “Hai kalian ikut? Mana anggota yang lain? Cuma tiga orang? “ ujar salah satu senior.
                “Ia kak kami umin tiga orang, susah nyari anggota yang cocok” ujar ku.
                “Oke kita registrasi dulu yah! Kalian udah?” ujar kakak senior.
                “Udah donk ka’. Kita mau jalan jalan nih. Udah dulu ya kak.”
                Kami lalu jalan-jalan sambil menunggu giliran tampil kami. Band-band yang tampil keren-keren. Ada yang bahas Inggris lah, bahasa Jepang lah, keren! Sedangkan kami hanya membawakan lagu dari Peterpan – Bintang di Surga sama lagu ciptaanku – Dirimu.
                Nama tim kami pun dipanggil “Inilah dia PILAR BAND!!!” ya, nama band kami Pilar. Ngomong-ngmong soal nama kami, kami spontan umin nama itu. Artinya nantilah baru dipikir hehehe.
                Kami lalu beraksi dan akupun bernyanyi dengan segenap usaha yang aku bisa.
                “Aku, tak bisa berhenti…
                Untuk terus memandangmu…
                Sejak pertama ku memandang mu…
                Aku tau engkau berbeda…
                Saat pertama ku mamandang mu…  
                Aku tahu bahwa kaulah yang kucari…
                Selama ini…
                Melihatmu tersenyum, membuatku terpesona..
                Sepertinya aku ingin memilikimu..
                Menjadi kekasihku…” jreng jeng jreng….
                Lalu dilanjut dengan lagu dari vierratale dan berakhirlah aksi kami. Dan dilanjutkan oleh tim tim lain.
                “Huffftt.. tadi KEREN BRO!!” teriak Gary
                “Yo man kita berhasil” ujar Ardi
                “Wah man, loe emang hebat. Gue salah sama loe. Sorry ya bro.”
                “Santai aja bro… ahahahaha” ujar Ardi
                “Apa gue bilang kita bisa walaupun cumin nertiga. Sekarang tinggalnunggu hasilnya.” Ujarku.
                Semua band selesai tampil dan tiba saat pengumuman juara.
                Terlihat artis senior yang sengaja diundang sebagai juri yang diberi kesempatan membacakan hasil lomba.
                “Baiklah, saat ini saat-saat yang meneganggkan! Kalian semua adalah tim hebat! Siapapun yang ada disini adalah juara bagi saya. Namun menurut peraturan hanya ada tiga yang menjadi juara. Kalian sudah menampilkan karya karya kalian. Entah itu karya terbaik kalian atau kalian masih menahan untuk membuat karya terbaik. Tapi bagi saya semuanya adalah yang terbaik.” Itulah kata kata pembukaannya
“ Oke inilah dia. Juara ketiga, DIRAIH OLEH…. Girl’ Pasion!!!!”  Waw band yang diisi oleh cewek cantik-cantik ini bisa juga juara. Inilah bukati bahwa cewek juga bisa. Hahaha.
“Selanjutnya, juara kedua, DIRAIH OLEH…. 5 WONDER BOYS..!!!!” wah tim kakak kelasku juara dua. Disaat itu kami pesimis.
“ Waduh Tim senior saja juara dua apalagi kita bro??” Tanya Ardi pada ku dan Gary.
“Tenang aja bro kita-kan juara satu-nya ahahaha” ujar Gary dengan maksud menghibur kami.
“Dan terakhir. Juara… pertama… diraih oleh…. PILAR BAND!!!!!!!!!!”
Semua sunyi. Mereka mencari-cari siapa itu Pilar band. Itu kan band baru. Tiba-tiba Gary memecah kesunyian.
“YYYAAAAAAYYYY!!!!!!!!!!!” teriak Gary
Semua orang melihatnya.
“Kita juara man!!!! Kita juara!!! Apa gue bilang, kita juara!!!” ujar Gary.
Kami bertiga lalu naik keatas panggung dan diwawancarai.
“Waw, eh kalian umin bertiga ya? Oh gue ingat. Ini nih vokalisnya. Suaranya emas banget!.” Kata si pembawa acara sambil melihat dan menunjuk kearahku.
“Gimana nih, gimana perasaan kalian. Kalian band baru kan?” kami mengangguk.
“Waw di lomba kalian, kalian langsung mendapat juara satu. Super sekali ahahaha.”
“Terima kasih” begitulah wawancara itu terjadi hingga selesai. Di bawah panggung kami bertemu senior kami.
“Waw, kalian emang hebat! Suara loe bagus banget! Gue heran, kita bisa kalah.. ahahahaha”
Kami pun pulang sama-sama. Kakak kelas gue ngomong.
“Eh Roy, loe kok diam terus dari tadi? Kasih selamat donk ama junior kita.” Ia ngomong sama kak Roy yang dulu ngejek aku dan timku.
“Ah biasa aja.” Ujarnya.
“Eh kita tuh harus bersyukur dapat junior kayak mereka. Kita tuh dah berhasil karna kalo ada murid yang lebih hebat daripada gurunya, itu berarti gurunya dah berhasil” kata seniorku itu.
“Iya deh! Hei bro! selamat ya…” Ngomong dengan raut wajah yang agak ga’ ikhlas sambil menjabat tangan ku.
“Iya kak, terima kasih.” Sambil tersenyum.
“Kami menjadi seperti ini juga karena kami terinspirasi dari kakak-kakak sekalian. Kakak itu sangat bagus dalam membawakan lagu bersama-sama dan itu sangat luar biasa. Itu lah yang memotivasi bahwa masa’ kami tidak bisa?” ujar ku.
“Betul, betul, betul. Tuh liat Roy, meskipun kita dikalah ama mereka, mereka masih tetap menghargai kita. Masa’ kamu yang udah dapat banyak juara ngga’ bangga ama mereka yang baru kali pertamanya tampil di atas panggung? Kamu sebagai senior, hargailah mereka. Mereka itu penerus kita.” Ujar salah satu senior.
“Yah begitulah kak, ini semua juga usaha kami yang sungguh-sungguh. Walaupun kami pernah pesimis, tapi jika melihat kakak-kakak, kami menjadi optimis kembali. Inilah usaha kami. Inilah hasil dari apa yang kita bangun dengan kerja sama dan saling percaya. Inilah karya kami.”ujar ku.
Setelah itu, grup kami menjadi geup yang di akui. Sudah jarang ada orang yang meremehkan kami. Walaupun masih ada juga yang iri terhadap kami. Tapi inilah kami. Usaha yang kami lakukan sehingga menjadi seperti ini. Inilah karya kami.

---THE END---
               

No comments:

Post a Comment